Dialog yang (kerap) Samar

by 4/22/2013 09:26:00 PM 0 komentar
Aku menunggu waktu cukup lama untuk hal ini. Menunggu kau untuk menjawab semua pertanyaan yang aku todongkan dengan panjang lebar, dan pastinya jelas. Tapi apa? Dari semua kosakata tentang 'tolong jawab pertanyaanku' yang semula ingin sekali aku keluarkan dari mulut, seketika hanya topik basi yang terlontar, seperti: 'kenapa sms gak dibales?' atau 'kamu sekarang lagi ngapain?'. Argh, menunggu balasan darimu saja sudah memakan waktu seharian.

Dan ini saatnya kita meluruskan masalah yang sudah berlarut-larut selama setengah tahun belakangan. Lagi-lagi, akulah yang memulai percakapan lebih dahulu.


******

"Kamu masih inget gak kenapa aku lebih milih kamu ketimbang dia?"
"Saya lupa."
"Ayolah, masa kamu gak tau sih?"
"Yang tadi? Oh, karena saya mirip sama idola kamu."
"Aku gak cuma ngomong itu, ayo inget-inget lagi."
"Gak tau."
"Yang ini loh: 'aku cuma punya nomor hape sama FB kamu'?"
"Memang apa bedanya, sih? Kan kontak dia banyak."
"I don't wanna lose you."

Sepertinya kau memiliki ingatan jangka pendek, atau mungkin kau pura-pura amnesia, entahlah. Namun sungguh, dengan sikapmu itu membuatku dongkol. Dan aku memang tak bisa jauh dari bayang-bayangmu, dan aku tidak ingin kehilangan kontak. Aku tak mau ketika kita sudah jauh, semuanya akan seperti dulu, tidak saling kenal.

"Kalo misalnya saya jadian sama orang lain, gimana? Terus kalo kamu jadian sama orang lain juga, gimana?"

Hmm... pertanyaan berat. Aku balik bertanya.

"Kalo misalnya aku jadian, perasaan kamu gimana?"
"Ikut seneng."
"Ask your heart then, how does it feel?"
"Kan saya ngerasa ikut seneng kalo orang lain seneng."
"Ada rasa lain?"
"Enggak."

Memang aku juga merasa seperti itu jika aku jadi kamu, turut senang.

"Dulu, katanya kamu punya rasa sama aku ya? Jujur aja."
"Ya."

Nah!

"Sekarang udah enggak?"
"Ho'oh."
"Kenapa?"
"Pas saya denger kamu jadian sama dia."

Ya ampun! Sudah berapa kali kamu menyebut alasan ini? Tapi kali ini hanya sekedar meyakinkanku.

"Beneran? Gak asal ngomong, kan?"
"Iya."

Aku masih ragu kamu menjawab pertanyaanku dengan tulus.

"Jadi kamu cemburu sama dia?"
"Bukan. Cuma saya gak mau ganggu hubungan kalian aja."
"Tapi kamu tau kan kalo aku gak jadian sama sekali sama dia?"
"Terus?"

Gak mau mengganggu hubungan aku dan dia? Omong kosong! Dan kenapa kamu memberikan pertanyaan yang menggantung?

"Kamu gak akan pacaran gara-gara ini?"
"Gara-gara itu saya mikir gak akan pacaran dulu."

Ternyata kamu punya perasaan juga. Tapi kenapa kamu dengan mudahnya percaya kabar burung itu?

"Aku rada bego juga, sih. Ngapain aku bawa temen aku cuma buat nunjukkin kamu kalo ujung-ujungnya berabe kayak sekarang. Seandainya waktu diputer, kamu bakal ngapain?"
"Saya juga gak tau."

Kamu belum sempat memikirkan? Hellooooo..... pikiran kamu kemana saja?

"Ohya, dari awal aku suka sama kamu sampai saat ini, aku udah ngapain aja ke kamu?"
"Maksudnya?"
"Selama ini aku udah ngelakuin apa ke kamu?"
"Masih gak ngerti."
"Apa-yang-udah-aku-lakuin-ke-kamu?"
"Sumpahnya gak ngerti juga."
"Oh My...... lupain!"
"Terus?"

Bahasa apa yang harus aku gunakan agar kamu paham? Bahasa isyarat, kah? Dan lagi-lagi kamu menanyakan kalimat yang sama.

"Aku ini.... ternyata udah buang-buang waktu hampir enam bulan cuma buat orang yang gak ngerasain hal yang sama. Aku lebay, ya?"
"Gak juga, berarti kamu udah tulus sama orang itu tapi kamu gak dapet apa-apa."
"Kamu juga tulus, gak? Atau karena terpaksa aja?"
"Saya juga gak tau, cuma ngikutin arus."

Makasih untuk penggambarannya, tapi aku kurang yakin dengan 'cuma ikuti arus'.

"Aku bakal nungguin kamu sampe kelulusan. Tapi tergantung kamu juga, aku gak mau sakit hati lagi."
"Kalo gak mau sakit hati mending cari orang lain aja. Mau gimana lagi sebab saya gak pacaran, gampang putus, galau, cuma buat pamer, minta PJ (= pajak jadian), biasanya liat orang lain terus move on."

Aku suka bagian ini, karena kamu menunjukkan kebesaran hati untuk melepasku.

"Ada kok yang udah putus, tapi gak bisa ngelupain mantannya. Percuma dapet baru, toh yang ada di pikirannya cuma si mantan."
"Berarti itu orang bodoh. Buat apa jadian kalo akhirnya putus."

Baru pertama kali aku melihat kamu sebijak ini. Benar apa kata kamu, orang yang susah move on itu orang bodoh. Mereka yang susah bergerak maju untuk melupakan mantannya pasti mempengaruhi hari-hari kedepannya.

"Jadi kamu bakal jomblo terus ya?"
"Mungkin."

Yakin bakal tetap sendiri?

"Aku nanya, kamu pernah ngerasain apa yang aku rasain? Kamu jangan jawab 'gak ngerti'."
"Pernah mungkin, rasanya seperti itu."

Bisa kamu gambarkan rasanya? Kurasa hanya orang-orang yang memahami bahasa dan duniamu saja yang bisa menafsirkan.


******

 
Dan kalimat itu menjadi penutup di dialog yang masih belum menemukan titik terang dari masalah kita. Aku berharap pada Tuhan agar diberi kesempatan kembali untuk membahas sampai tuntas dan bisa menarik kesimpulan akhir.

0 komentar:

Posting Komentar