So, I Decide...

by 10/22/2015 09:03:00 PM 0 komentar
Tiga tahun berlalu, masih teringat ketika selama itu aku berjuang mati-matian.

Tidak kenal rasa lelah, tidak kenal rasa malu, dan aku membuang gengsi jauh-jauh hanya untuk mendapat jawaban yang jelas.

Dan sekarang aku mengerti mengapa sebagian orang memutuskan untuk berhenti ketika tujuan yang diharapkan tidak kunjung terwujud meski mereka sudah melakukan segalanya (termasuk yang paling konyol sekalipun). Boleh, lah, kalian berkata aku--dan sebagian orang tersebut--ini pengecut atau kalah sebelum berperang atau pendek akal atau semacamnya. Tapi ketika kita terlalu memaksakan sesuatu untuk hal yang tidak mungkin lagi diraih sama saja menempatkan diri sebagai masokis.

Banyak juga yang bilang mempertahankan sesuatu yang akhirannya saja tidak jelas diibaratkan menggenggam seutas tambang. Semakin digenggam semakin sakit, bahkan sampai lecet. Namun ketika genggaman itu dilepas, rasanya kalian bisa bayangkan sendiri.

Oke.

Selama tiga tahun, aku berusaha untuk menyukai orang lain.

Sialnya, ketika hati berbicara, "Aku menyukainya!" dia kembali lagi dan memohon maaf. Entahlah apa itu tulus atau tidak, lantas aku maafkan dia dengan alasan masih ada rasa cinta. Itu terus berulang hingga beberapa kali. Karena itu pula aku terus menerus berharap dalam omong kosong dan sikapnya yang selalu mengambang.

Puncaknya, Desember tahun lalu, menjadi masa paling 'indah' yang dijalani kami berdua. Apakah dia masih ingat dengan "Stand by Me, Doraemon", milk tea dengan bubble pearl, salah masuk kamar kecil, dan hujan rintik pukul empat sore? Kurasa tidak, walaupun aku tahu rasanya dia sedang membohongi perasaannya sendiri. Aku tidak mau menduga-duga apalagi sok tahu, tapi kelihatannya memang begitu. Sama halnya ketika dia berbohong kalau dia tidak pernah menonton anime "Anohana: The Flower We Saw That Day" dan "Your Lie in April" yang orang awam pun pasti menyukainya.

Cukup sampai di sini.

Jadi, aku sudah memutuskan untuk benar-benar berhenti mengejar lelaki itu, secara perlahan dan berangsur-angsur. Sekarang sudah ada seseorang yang mulai berani mencuri perhatian (dan hatiku), secara perlahan juga. Ya, apa yang terjadi pada diriku ini berjalan paralel. Mungkin juga kontras.

Ternyata melelahkan juga terus-terusan terjebak dan terjatuh ke lubang yang sama dan berbagi dunia yang seharusnya milik masing-masing (karena jelas-jelas aku dan dia berada di kutub yang berbeda dan saling tolak menolak). Selama ini dia tidak pernah sekalipun mau meruntuhkan egonya hanya untuk meluruskan masalah yang sudah kusut tiga tahun ini. Jadi untuk apa aku menyiksa diri sendiri lagi?

"Before you finally go,
there's one thing you should know, that I promise:
Starting now, I never know your name
Starting now, I never feel the same
Starting now, I wish you'd never came to my world." 
-- Ingrid Michaelson - Starting Now

0 komentar:

Posting Komentar